Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) mengirim 930 orang lulusan sarjana ke berbagai daerah perkotaan dan pedesaan yang tersebar di 31 provinsi di Indonesia. Mereka melakukan pendampingan kepada kelompok-kelompok masyarakat binaan dan para pencari kerja dalam menciptakan kesempatan kerja baru.
Dari 930 orang sarjana pendamping itu, sebanyak 700 orang (75 persen) melakukan pendampingan terhadap kelompok masyarakat. Setiap orang melakukan pendampingan terhadap 1-2 kelompok yang masing-masing beranggotakan 10 orang. Sisanya, sebanyak 230 orang (25 persen) melakukan pendampingan di Bursa Kerja Online (BKOL), penyuluhan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) dan petugas pengantar kerja.
Secara keseluruhan para sarjana pendamping itu diharapkan bisa melakukan pendampingan terhadap 15.000 orang, agar mereka memperoleh pekerjaan di dalam maupun luar negeri ataupun bekerja mandiri dengan berwirausaha.
Para Sarjana pendamping itu bertugas untuk menggerakkan, melatih dan mendampingi masyarakat dan para pencari kerja dalam menciptakan kesempatan kerja baru.
Dengan demikian, dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan di pedesaan, kata Menakertrans Muhaimin Iskandar di Jakarta Jumaat (18/3), seusai mengadakan kunjungan kerja ke Jawa Timur Jumat (18/3) pagi.
Ia menjelaskan pengiriman sarjana pendamping ke daerah perkotaan dan pedesaan itu, dilandasi pertimbangan bahwa masih banyak penduduk Indonesia tinggal di perkotaan dan pedesaan yang perlu didampingi untuk mencari pekerjaan atau menciptakan lapangan kerja baru.
Program sarjana pendamping ini bertujuan mendayagunakan ilmu, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilki para sarjana untuk melaksanakan program pemberdayaan yang langsung menyentuh masyarakat.
Diharapkan, perekonomian di lingkungan sekitar akan semakin maju dan dapat menjadi tulang punggung perekonomian daerah dan nasional.
Dalam pelaksanaan tugas, para sarjana yang memiliki latar belakang pendidikan yang beragam itu harus mampu mendidentifikasi potensi sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) yang layak dikembangkan. Selanjutnya mereka berinisiatif rencana program kerja sesuai dengan sasaran yang dituju.
Sebagai contoh, para sarjana pendamping dapat pula menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan disesuaikan dengan minat, potensi masyarakat, serta sumber daya alam yang tersedia di sekitar daerah tersebut.
Jenis-jenis pelatihan wirausaha yang dilakukan meliputi budidaya ayam, sapi dan kambing, usaha konveksi, menjahit dan bordir serta pengolahan hasil pangan dan pertanian. Selain itu ada juga pelatihan tata rias pengantin. tata boga, bengkel motor, sablon dan percetakan, pengelasan, konstruksi skala kecil, dll
Setelah berhasil mengarahkan, memberikan pelatihan wirausaha perseorangan maupun kelompok, para sarjana pendamping itu harus terus melakukan pembinaan melalui monitoring, evaluasi dan pengawasan agar usaha masyarakat itu dapat tetap bertahan.
Sarjana pendamping yang diterjunkan ke masyarakat, lanjut Muhaimin, merupakan lulusan perguruan tinggi yang belum memiliki pekerjaan tetap, namun berminat mengabdikan dirinya secara sukarela untuk membantu masyarakat.
Mereka menjadi motivator, fasilitator, inovator, komunikator dan dinamisator bagi kelompok masyarakat yang didampinginya, ujarnya.(
(sumber : Pelita Jakarta Maret 2011)
Dari 930 orang sarjana pendamping itu, sebanyak 700 orang (75 persen) melakukan pendampingan terhadap kelompok masyarakat. Setiap orang melakukan pendampingan terhadap 1-2 kelompok yang masing-masing beranggotakan 10 orang. Sisanya, sebanyak 230 orang (25 persen) melakukan pendampingan di Bursa Kerja Online (BKOL), penyuluhan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) dan petugas pengantar kerja.
Secara keseluruhan para sarjana pendamping itu diharapkan bisa melakukan pendampingan terhadap 15.000 orang, agar mereka memperoleh pekerjaan di dalam maupun luar negeri ataupun bekerja mandiri dengan berwirausaha.
Para Sarjana pendamping itu bertugas untuk menggerakkan, melatih dan mendampingi masyarakat dan para pencari kerja dalam menciptakan kesempatan kerja baru.
Dengan demikian, dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan di pedesaan, kata Menakertrans Muhaimin Iskandar di Jakarta Jumaat (18/3), seusai mengadakan kunjungan kerja ke Jawa Timur Jumat (18/3) pagi.
Ia menjelaskan pengiriman sarjana pendamping ke daerah perkotaan dan pedesaan itu, dilandasi pertimbangan bahwa masih banyak penduduk Indonesia tinggal di perkotaan dan pedesaan yang perlu didampingi untuk mencari pekerjaan atau menciptakan lapangan kerja baru.
Program sarjana pendamping ini bertujuan mendayagunakan ilmu, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilki para sarjana untuk melaksanakan program pemberdayaan yang langsung menyentuh masyarakat.
Diharapkan, perekonomian di lingkungan sekitar akan semakin maju dan dapat menjadi tulang punggung perekonomian daerah dan nasional.
Dalam pelaksanaan tugas, para sarjana yang memiliki latar belakang pendidikan yang beragam itu harus mampu mendidentifikasi potensi sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) yang layak dikembangkan. Selanjutnya mereka berinisiatif rencana program kerja sesuai dengan sasaran yang dituju.
Sebagai contoh, para sarjana pendamping dapat pula menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan disesuaikan dengan minat, potensi masyarakat, serta sumber daya alam yang tersedia di sekitar daerah tersebut.
Jenis-jenis pelatihan wirausaha yang dilakukan meliputi budidaya ayam, sapi dan kambing, usaha konveksi, menjahit dan bordir serta pengolahan hasil pangan dan pertanian. Selain itu ada juga pelatihan tata rias pengantin. tata boga, bengkel motor, sablon dan percetakan, pengelasan, konstruksi skala kecil, dll
Setelah berhasil mengarahkan, memberikan pelatihan wirausaha perseorangan maupun kelompok, para sarjana pendamping itu harus terus melakukan pembinaan melalui monitoring, evaluasi dan pengawasan agar usaha masyarakat itu dapat tetap bertahan.
Sarjana pendamping yang diterjunkan ke masyarakat, lanjut Muhaimin, merupakan lulusan perguruan tinggi yang belum memiliki pekerjaan tetap, namun berminat mengabdikan dirinya secara sukarela untuk membantu masyarakat.
Mereka menjadi motivator, fasilitator, inovator, komunikator dan dinamisator bagi kelompok masyarakat yang didampinginya, ujarnya.(
(sumber : Pelita Jakarta Maret 2011)
Tags:
Info Lain