Strategi dalam
segala hal sangat penting sebab digunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Salah satunya adalah dalam hal berpolitik dan kampanye.Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia strategi diartikan sebagai rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Kamisa, 2004 :
456).
Langkah awal saat kita memutuskan apa yang seharusnya kita
kerjakan, kita memutuskan sebuah strategi. Sedangkan jika kita
memutuskan bagaimana untuk mengerjakan sesuatu, itulah yang disebut
taktik. Dengan kata lain menurut Drucker, strategi adalah
mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right things). Selain itu
strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu
organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif
dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan (Deddy, 2004)
Apakah perbedaan antara taktik dan sebuah strategi? Menurut jenderal Prusia yang terkenal, Carl von Clausewitz:
“Taktik
adalah seni menggunakan ’kekuatan bersenjata’ dalam pertemuan. Strategi
merupakan seni menggunakan pertempuran untuk memenangkan peperangan dan
bertujuan mencapai perdamaian.“
http://www.forum-politisi.org/arsip/article.php? 23/07/2010 08.30)
Dari
kalimat diatas dapat dipahami bahwa rencana jangka panjang tersebut
disebut strategi. Dalam Strategi ini, tujuan-tujuan jangka pendek
dicapai melalui taktik. Namun, tanpajangka panjang tersebut disebut
strategi. Dalam Strategi ini, tujuan-tujuan jangka pendek dicapai
melalui taktik. Namun, tanpa strategi, taktik tidak ada gunanya. Di
banyak negara demokrasi, politik sebagian besar dikuasai oleh
pertimbangan-pertimbangan taktis, perilaku taktis serta tindakan yang
bersifat jangka pendek dan terlalu seringkali terlalu dangkal. Hal ini
juga terjadi dalam masyarakat di masa transisi seperti indonesia.
Sejak
pemilu terakhir, para pengamat politik dan masyarakat menjadi saksi
beberapa langkah taktis yang briliant yang dilancarkan para politisi dan
partai-partai politik Indonesia. Tetapi, para politisi seringkali
menolak adanya pola pikir yang militeristik dengan alasan ’kita tidak
dalam keadaan perang, tapi dalam perundingan politik yang damai dan
proses-proses lain’ dan ’para lawan politik kami bukanlah musuh’.
Padahal, setiap ide politik yang baru (seperti menciptakan atau
membubarkan sebuah departemen, pemberian subsidi, dan lain-lain) akan
membingungkan masyarakat karena akan mengubah status quo, dan tidak
setiap anggota masyarakat mendapat keuntungan dari adanya perubahan
tersebut. Ada yang menang dan ada yang kalah.
Perencanaan yang strategis
dan cermat (seperti persiapan dan perumusan konsep-konsep dan ide
jangka panjang serta penerapan kebijakan dan kampanye pemilu) merupakan
persyaratan bagi keberhasilan politik dan pembangunan berkelanjutan
setiap institusi atau lembaga demokratis. Namun, yang seringkali
dilupakan oleh para politisi, terutama adalah strategi politik untuk
pemilu.
Tujuan dari setiap strategi bukanlah kemenangan yang dangkal –
tapi perdamaian yang mendasar. Dalam istilah politik, ’perdamaian’ ini
berarti: penerangan program-program yang tepat dan reformasi. Jika
tujuan jangka panjang – strategi - ini tidak tampak, misi bagi
kemenangan akan tampak sebagai perjuangan bagi kekuasan dan kekayaan
pribadi; sebagai sebuah perjuangan untuk mencapai tujuan-tujuan – selain
tujuan yang telah ditetapkan.
Konsep abstrak seperti strategi
politik, paling baik bila dijelaskan, dipahami dan diingat serta
diletakkan dalam konteks praktis. Budaya pemilu Jerman, misalnya,
cenderung mengkonsentrasikan lebih pada masalah-masalah tematis dan
jarang menggunakan cara-cara pengumpulan massa. Sebaiknya di Indonesia,
pengumpulan massa dan pengibaran bendera selalu diutamakan dalam setiap
kampanye pemilu. Dengan asumsi bahwa setiap penambahan suara itu
penting, khususnya dari khalayak yang masih bimbang memilih, kampanye
dalam politik maupun pilkada memang harus dirancang sungguh-sungguh
untuk menciptakan citra kandidat sebaik mungkin. Hal ini bisa
terlaksana jika kandidat menggunakan tim sukses yang ahli, yang mampu
mengembangkan strategi jempolan dalam pengelolaan citra kandidat.
Kegiatan kampanye yang mengakomodir massa |
Dalam
prespektif pertarungan kekuasaan, bujuk membujuk yang terkandung dalam
iklan kampanye bukanlah sekedar meraih suara, atau pun juga rotasi
kepemimpinan secara damai dan momentum daulat rakyat untuk menentukan
arah bangsa secara konstitusional. Sesungguhnya iklan kampanye juga
memuat pertemputan berbagai unsure-unsur kekuasaan yang kompleks.
Sebutlah pertempuran pengakuan sosial masyarakat terhadap ketokohan,
harga diri, mengembalikan kehormatan, maupun pertunjukan kekuatan
kekuasaan di depan rakyat.
Iklan kampanye dituntut terikat pada
etika komunikasi politik. Hal yang paling dasar dari etika komunikasi
politik kampanye adalah menggunakan teknik-teknik memepengaruhi penerima
dengan menghilangkan proses pikiran sadarnya, mempunyai nilai rendah
bagi demokratisasi. Demikian juga pengampanye yang menanamkan sugesti
atau melakukan penekanan pada pinggiran kesadaran si enerima untuk
menghasilkan perilaku otomatis yang tidak reaktif. Pada sisi lain
iklan yang hanya memaparkan tetimonium keberhasilan suatu orde, namun
tanpa memaparkan proses, hanya melahirkan masyarakat pemimpi dan
pelarian dari suatu keadaan.
Strategi komunikasi politik sabagai sarana kampanye menurut Arifin (2003) dapat dilakukan melaui beberapa langkah, yakni :
- Merawat Ketokohan dan memantapkan kelembagaan. Ketokohan seorang politikus dan kemantapan lembaga politiknya dalam masyarakat akan memiliki pengaruh tersendiri dalam berkomunikasi politik. Ketokohan adalah orang yang memiliki kredibilitas, daya tarik dan keahlian di mata rakyat. Citra positif dari seorang tokoh perlu dibangun dan dipelihara agar ia disegani dan dihormai masyarakat.Selain ketokohan, kelembagaan dari sang tokoh juga perlu dimantapkan, karena ketokohan seorang politikus atau professional akan meningkat jika ia didukung oleh lembaga yang ternama atau berkiprah dalam lembaga tersebut. Lembaga merupakan kekuatan yang besar dalam membantu proses pencitraan seseorang.
- Menciptakan Kebersamaan Langkah strategi kedua dalam kampanye adalah menciptakan kebersamaan antara politikus dengan khalayak (rakyat) dengan cara mengenal khalayak dan menyusun pesan yang persuasive.Untuk mengenal, mengetahui dan memahami kondisi psikolgi, social, cultural dan ekonomi masayarakat pemilih, politikus biasanya langsung mendatangi masyarakat pemilihnya atau mengumpulkan mereka pada suatu acara tertertu sehinggan masyarakat dapat melihat langsung sang politikus. Pesan yang disampaikan oleh politikus kepada rakyat harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan dapat menarik perhatian khalayak, pesan tersebut menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan rakyat.Pesan persuasive dapat dilakukan melalui : pidato politik, iklan di media massa dan elektronik, poster dan sebaginya yang bertujuan agar lebih mendekatkan rakyat terhadap sang politikus.
- Membangun Konsensus Langkah ketiga yang dilakukan adalah membangun konsensus baik antara politikus dalam satu partai politik maupun antara para politikus dari partai yang berbeda. Hal ini pada umumnya terjadi baik dalam rapat dan persidangan maupun dalam lobi lobi politik. Konsensus dapat dilakukan melalusi suatu seni berompromi dan ketersedian membuka diri bagi pihak manapun untuk mencapai tujuan bersama.
NB : tinggalkan komentar untuk pernbaikan kedepan blog ini kearah lebih baik dan bagikan jika bermanfaat.